baby blues

bun skrg aku lg mengalami baby blues pasca melahirkan udh 1 bulan ini aku depresi, krna stiap mlm begadang dan suami ga prnh mau gantian ngurus anak, stiap anak.y nangis ga d liat ?smpe aku kesel sndiri anak aku biarin nangis aku tinggal k dpan rmh.. gmna ya caranya supaya ga semakin parah..

11 Tanggapan
undefined profile icon
Tulis tanggapan

Halo Bunda, saya juga pernah baby blues. Even worse berkembang ke post partum depression karena tidak menyadari bahwa sudah baby blues sejak baru selesai melahirkan. Awalnya saya kira, saya hanya kelelahan, sehingga merasa kurang bahagia dengan kehadiran si kecil. Bantuan dari keluarga juga sudah diberikan selama dua minggu pertama, namun permasalahannya adalah terlalu banyak perubahan yang terjadi sejak si kecil lahir seperti aktivitas, suasana rumah, bentuk tubuh, dll. Ada juga tekanan lainnya seperti harus begini begitu dalam mengasuh anak (tidak boleh diaper, harus popok kain, bedong harus ketat, dll ), air susu yang dinilai kurang (bahkan disarankan menambah sufor, madu, atau sari buah), bahkan tekanan untuk mengempiskan perut kembali dalam 40hari pertama (harus makan ini itu, pakai ini itu). Segala nya seperti diburu dalam 40hari pertama, yang mana pada saat ini sebenarnya fisik dan mental kita masih butuh penyesuaian. Hingga akhirnya lepas kepulangan keluarga, saya dan suami mengurus bayi berdua saja. Hanya saja, perubahan bukan hanya terjadi pada diri kita, Bunda. Suami juga butuh penyesuaian. Sama seperti Bunda, suami tidak ikut/bergantian jaga malam. Disaat kurang tidur seperti itu, saya juga harus mengurus rumah dan keperluan suami juga. Hingga akhirnya saya mulai merasa tidak bahagia, tubuh tidak fit, tidak bersemangat, tidak mau berbicara dan melihat suami, tidak berselera makan, mulai lebih cepat emosi kepada bayi, bahkan sempat memiliki pikiran2 yang mengerikan. Kasus yang Bunda alami tentu berbeda dengan yang saya alami. Begitu pula karakter keluarga maupun suami Bunda. Namun, saya menyarankan agar Bunda segera berkomunikasi dengan suami (utarakan bahwa Bunda kelelahan dengan cara yang baik) . Setidaknya, jika suami tidak mampu gantian bangun malam, suami dapat membantu untuk mengganti popok/menyendawakan bayi. Suami pasti juga sedang dalam masa penyesuaian, jika kita tidak mengatakan apa yang kita butuhkan, biasanya laki-laki tidak mengerti, Bunda. Mudah-mudahan Bunda tidak salah paham (merasa dihakimi) tapi, beberapa saran yang bisa saya berikan berdasarkan pengalaman saya beberapa hal yang bisa dicoba untuk mengurangi baby blues nya adalah, Bunda bisa mengurangi ekspektasi terhadap suami (bahwa suami "seharusnya" begini begitu) dengan cara mengurangi membandingkan suami dengan orang lain serta menghilangkan mindset bahwa Bunda hanya lelah sendiri sedangkan suami tidak selelah Bunda. Hal lain yang mungkin bisa membantu adalah Bunda bisa berjalan-jalan keluar rumah, mencoba makanan baru/makanan favorit, dan mengatakan pada suami bahwa Bunda butuh istirahat (tidur). Mudah-mudahan suami Bunda mau mendengarkan keluh kesah Bunda. Biasanya, setelah mengeluarkan keluh kesah (tanpa dihakimi), perempuan cenderung merasa lebih baik. Jika, hal diatas belum membantu, Bunda bisa berkonsultasi dengan ahli nya. Semangat Bunda! Yang Bunda rasakan itu normal, Bunda gak sendirian. Masa-masa berat akan segera berlalu Bunda. Mudah-mudahan segala nya akan menjadi lebih baik.

Baca lagi
6y ago

Bund, saya juga sempat mengalami pospartum depression pasca kelahiran anak pertama dulu, lebih dari 1 tahun saya survive seorang diri, saya ingin tau bund apakah di kelahiran yg ke2 depresi tersebut kemungkinan bisa terulang kembali? Karna saat ini saya sedang hamil anak ke2 yg insyaaAllah akan launching bulan September nanti dan terkadang masih suka berpikir takut kalau2 masa2 berat yg saya alami dulu terulang kembali. Sampai saat ini saya hanya terus berdoa supaya depresi yg dulu saya alami pasca melahirkan tidak saya alami lagi.