Bagaimana cara meluapkan kemudian melupakan perasaan yang mengganggu di hati dan pikiran?
Usia pernikahan saya dan suami masuk tahun ke empat. Kami sudah dikaruniai dua orang anak. Suami saya nggak KDRT, nggak selingkuh, nggak pemakai/pemabuk/judi. Bertanggung jawab memberi nafkah. Bukan saya nggak bersyukur dengan semua itu, tapi entah kenapa rasanya bosan aja. Apalagi kalau habis selisih pendapat yang ujung-ujungnya ribut. Saya dan suami hampir nggak ada persamaan sifat dan karakter. Kami sama-sama anak pertama, suku Batak, keras kepala, nggak mau mengalah.
Banyak hal yang nggak saya sukai dari suami saya. Meski begitu, bukan berarti nggak ada kebaikan dalam diri suami.
Entahlah, bagaimana cara saya mendeskripsikan perasaan saya saat ini.
Kadang saya lebih ke menerima, sadar diri, saya pun nggak sempurna. Tapi kadang dalam hati nggak ada keikhlasan, kayak ingin berontak dan pergi.
Suami saya bukan orang yang enak diajak ngobrol, padahal menikah itu isinya ya ngobrol. Tapi dia sama sekali nggak bisa diajak bicara, ujung-ujungnya saling ngotot, ribut, nggak terima dikasih pandangan lain, diam-diaman, nggak pernah minta maaf.
Kalau ada yang komentar, "kalau begitu kenapa dulu menikah?"
Entahlah bund, saya pun menyesalinya. Kalau waktu bisa diputar kembali, saya akan memikirkannya matang-matang sebelum mengambil keputusan terbesar dalam hidup.
Kalau suami nggak pernah bilang cinta ke saya, nggak pernah memuji saya, nggak pernah memberi hadiah, kurang menghargai saya (menurut saya), ya sudahlah, nggak masalah buat saya. Saya juga nggak gila itu semua. Karena saya juga kegitu, jadi ngapain berharap.
Kalau ada bunda yang komentar, "kalau nggak cinta, kenapa anaknya udah dua?"
Bunda percaya nggak, ternyata bercinta pun bisa tanpa cinta. Hanya sebatas menjalankan kewajiban sebagai istri aja.
Rasanya saya pengen taubat, mohon ampun, apa yang salah dengan saya? Saya nggak bilang ingin bercerai bund, tapi rasanya pengen istirahat, capek, pengen dikasih jeda aja dulu. Kadang juga kasihan lihat anak-anak yang lebih dekat sama suami.
Mohon jangan dibully ya bund, saya sudah cukup tertekan. Terima kasih atas saran dan masukan positifnya.